Sampang - Permintaan Genteng Sampang Stagnan - Pengrajin genteng di Desa Karangpenang Onjur, Kecamatan Karangpenang, Sampang mengaku tidak merasakan imbas dari banyaknya proyek pembangunan di Sampang. Harapan permintaan genteng meningkat tidak dirasakan oleh H Nur, warga Desa Karangpenang Onjur. Padahal, bulan Desember dia yakin adalah bulan di mana permintaan genteng biasa naik.
Nur mengaku hanya satu orang yang mengambil genteng ke pihaknya untuk dibawa ke Sampang. Permintaan lain berasal dari Probolinggo. "Kalau permintaan stagnan, meskipun ada proyek hanya satu orang yang memesan pada saya, itu pun tidak seberapa," terangnya.
Datangnya permintaan genteng selama ini secara kebetulan. Bahkan, untuk memastikan berapa jumlah produksi setiap minggunya dirinya tidak bisa memastikan. "Yang Probolinggo saya dapat pesanan dua belas ribu genteng. Pesanan itu saya dapat saat saya duduk-duduk di tepi jalan dan ada yang bertanya di mana bisa membeli genteng," terang pria yang melakoni bisnis genteng sejak tahun 1983 tersebut.
Dia memperkirakan, setelah bulan ini berakhir maka permintaan genteng akan semakin turun. Selama ini, Nur membuat tiga jenis genteng. Pertama adalah jenis pentol atau karang pilang, kedua adalah jenis Plembeng dan yang terakhir adalah jenis krecek.
Memasuki musim penghujan ini, dia mengaku kesulitan dalam mengeringkan genteng. Pondok tempat mengeringkan genteng sebelum dibakar telah dipenuhi genteng kemarin. Namun, hingga sepuluh hari terakhir, dirinya belum membakar genteng. Beruntung, anaknya juga memiliki usaha berjualan genteng.
Disampaikan, kendala lain yang dihadapinya adalah mengenai biaya produksi yang semakin meningkat. Beberapa komponen produksi sekarang susah dicari dan menyebabkan harganya naik. Komponen itu adalah tanah liat, kayu bakar dan berkurangnya tenaga kerja.
Sebelumnya, tanah yang digunakan untuk genteng dapat diambil dari lokasi yang dekat dengan rumahnnya. Namun beberapa waktu terakhir dirinya harus mengangkut tanah dari lokasi yang jauh dari rumahnya. "Ongkos mengangkut tanah dalam sekali pembakaran bisa mencapai lebih dari Rp 3 juta bahkan sampai Rp 6 juta. Sedangkan kayu bakar sedikitnya Rp 4,5 juta," terangnya. (rif/rd) (jawapos.co.id)
http://Bisnis-madura.blogspot.com hadir dengan keyakinan bahwa Madura Punya segudang Bisnis. Kirimkan data yang anda miliki pada kolom di samping kanan, GRATIS!!
13/12/09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar