http://Bisnis-madura.blogspot.com hadir dengan keyakinan bahwa Madura Punya segudang Bisnis. Jika anda pelaku bisnis atau punya informasi bisnis di Madura, anda dapat publikasikan di tempat ini. Kirimkan data yang anda miliki pada kolom di samping kanan, GRATIS!!

13/12/09

Permintaan Genteng Sampang Stagnan

Sampang - Permintaan Genteng Sampang Stagnan - Pengrajin genteng di Desa Karangpenang Onjur, Kecamatan Karangpenang, Sampang mengaku tidak merasakan imbas dari banyaknya proyek pembangunan di Sampang. Harapan permintaan genteng meningkat tidak dirasakan oleh H Nur, warga Desa Karangpenang Onjur. Padahal, bulan Desember dia yakin adalah bulan di mana permintaan genteng biasa naik.

Nur mengaku hanya satu orang yang mengambil genteng ke pihaknya untuk dibawa ke Sampang. Permintaan lain berasal dari Probolinggo. "Kalau permintaan stagnan, meskipun ada proyek hanya satu orang yang memesan pada saya, itu pun tidak seberapa," terangnya.

Datangnya permintaan genteng selama ini secara kebetulan. Bahkan, untuk memastikan berapa jumlah produksi setiap minggunya dirinya tidak bisa memastikan. "Yang Probolinggo saya dapat pesanan dua belas ribu genteng. Pesanan itu saya dapat saat saya duduk-duduk di tepi jalan dan ada yang bertanya di mana bisa membeli genteng," terang pria yang melakoni bisnis genteng sejak tahun 1983 tersebut.

Dia memperkirakan, setelah bulan ini berakhir maka permintaan genteng akan semakin turun. Selama ini, Nur membuat tiga jenis genteng. Pertama adalah jenis pentol atau karang pilang, kedua adalah jenis Plembeng dan yang terakhir adalah jenis krecek.

Memasuki musim penghujan ini, dia mengaku kesulitan dalam mengeringkan genteng. Pondok tempat mengeringkan genteng sebelum dibakar telah dipenuhi genteng kemarin. Namun, hingga sepuluh hari terakhir, dirinya belum membakar genteng. Beruntung, anaknya juga memiliki usaha berjualan genteng.

Disampaikan, kendala lain yang dihadapinya adalah mengenai biaya produksi yang semakin meningkat. Beberapa komponen produksi sekarang susah dicari dan menyebabkan harganya naik. Komponen itu adalah tanah liat, kayu bakar dan berkurangnya tenaga kerja.

Sebelumnya, tanah yang digunakan untuk genteng dapat diambil dari lokasi yang dekat dengan rumahnnya. Namun beberapa waktu terakhir dirinya harus mengangkut tanah dari lokasi yang jauh dari rumahnya. "Ongkos mengangkut tanah dalam sekali pembakaran bisa mencapai lebih dari Rp 3 juta bahkan sampai Rp 6 juta. Sedangkan kayu bakar sedikitnya Rp 4,5 juta," terangnya. (rif/rd) (jawapos.co.id)

19/10/09

Designer dan fotography

Nama : fathorrahman
Email: fathordesai@yahoo.com
Jenis Bisnis : designer & fotography
Keterangan: barang kali ada yang mau mendesign foto prewed & wedding
Url (jk ada):
--
Visitor Ip: 202.93.37.91

14/10/09

Kerajinan Batik Di Tanjung Bumi Bangkalan

Melihat dari Dekat Kebiasaan Membuat Batik, di Kecamatan Tanjung Bumi. Rp 15 Ribu Per Lembar, Dikerjakan Sambil Santai

Melekatnya batik di masyarakat Kecamatan Tanjung Bumi tak sekadar sebagai pekerjaan semata. Melukis di atas kain itu sudah menjadi semacam kebiasaan yang kini mulai dipacu untuk bersaing dengan industri. Bagaimana cara kerja tradisional membatik di sana?

JIKA membatik jadi pekerjaan, maka upah yang diperoleh dari para pengepul jelas tak cukup. Sebab, untuk selembar batik yang dikerjakan paling cepat sebulan pembatik hanya bisa mendapat upah paling besar Rp 100 ribu. Upah tertinggi itu hanya untuk batik dengan kualitas gambar yang "luar biasa". Kalau untuk batik yang biasa-biasa saja, pembatik hanya bisa mendapat upah Rp 15 ribu.

Di Tanjung Bumi, hampir semua desa jadi lokasi pembuatan batik. Tak heran jika salah satu kecamatan di Bangkalan ini disebut sentra batik.

Koran ini mengunjungi keluarga Masrifah, satu keluarga pembuat, pengepul dan penjual batik. Saat didatangi koran ini Masrifah tengah sibuk mencuci batik yang didapatkannya dari warga sekitar. "Kalau dibuat sendiri tidak mungkin bisa banyak seperti ini. Buat batik itu lama Mas, bisa berbulan-bulan," ujarnya. Membuat batik memang tak boleh terburu-buru. Maklum, membatik masih belum dipandang sebagai pekerjaan, tapi kebiasaan yang dikerjakan sambil santai.

Menurut cerita warga, kebiasaan membatik tumbuh karena wilayah Tanjung Bumi dekat dengan pantai. Berdekatan dengan pantai jelas membuat warga Tanjung Bumi kebanyakan jadi nelayan. Tak seperti bertani, para istri nelayan tak bisa ikut melaut. Mereka hanya menunggu di rumah hingga suaminya datang dari tengah laut.

Nah, di waktu kosong menunggu suami pulang itulah para istri nelayan memanfaatkan waktunya untuk membatik. "Jadi tempatnya membatik itu kadang-kadang di dapur, di kamar tidur, dekat kamar mandi atau di depan tivi," tutur Masrifah.

"Namanya juga untuk mengisi waktu. Kalau ada pekerjaan lain ya batiknya ditinggal," imbuh Masrifah. Kondisi tersebut membuat produksi batik tak bisa ditarget. Selesai berapa pun per hari tetap diterima. Warga yang ikut membatik juga tak bisa diminta cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. "Saya juga punya yang cetak. Kalau yang itu (batik cetak, Red) sehari bisa sepuluh lembar," ungkapnya.

Bagaimana cara kerja warga? Warga yang bisa dan biasa membatik datang ke pengepul untuk mendapatkan kain putih. Tak ada perjanjian kapan batik itu akan selesai. Namun, warga tersebut biasanya menjanjikan kapan dirinya akan menyelesaikan selembar batik itu. "Motifnya kadang mereka minta dari saya. Tapi banyak juga yang kreasinya sendiri. Saya percaya saja, motif yamg digambar pasti bagus," paparnya.

Sekembalinya lembaran batik dari warga, di pengepul lalu menilai motif. Dari sinilah pengepul menentukan berapa upah yang akan dibayarnya untuk selembar batik. "Menilai itu tidak bisa sembarangan. Kasihan orang bikinnya lama," tandasnya.

Berapa per lembarnya? Tidak tentu. Paling murah upah per lembar batik hanya dihargai Rp 15 ribu. Sedangkan batik terbaik dihargai dengan upah sebesar Rp 100 ribu. Luar biasanya, taksiran harga itu tak pernah mendapat protes. Sebab, si pengepul tahu betul bagaimana menghargai hasil kerja orang lain. (*) (Radar Madura / jawapos.co.id)

09/09/09

Hasil Tambang Pamekasan

Banyak Hasil Tambang Pamekasan yang mungkin perlu diketahui oleh semua orang. Untuk sektor pertambangan di Kabupaten Pamekasan berupa bahan tambang/galian golongan C yaitu bata galian, batu gung, pasir dan kerikil. Kawasan pertambangan tersebut tersebar hampir di seluruh kecamatan. Lokasi tambang yang paling menonjol yaitu di desa Angsanah, Akkor dan Rekkerek Kecamatan Palengaan.

Selama ini batu gung atau kapur yang mana banyak di konsumsi masyarakat sebagai bahan pengganti batu bata dan batu kali sebagai pendirian rumah. Dari komoditas sektor pertambangan di Kabupaten Pamekasan Madura perlu uluran tangan dari para investor dengan pendirian pabrik atau pengolahan hasil tambang sangat melimpah dan tersebar hampir diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan.

Secara struktur Geologi, wilayah Kabupaten Pamekasan mempunyai sumber daya alam yang tak ternilai dengan bahan tambang terdiri dari Holosen Alluvium, Pliosen Limestone Facies, Miosen Sendimentary Facies, Cleiston Clay Sedementary.

Seperti contohnya Sumber daya alam yaitu: Minyak bumi, pasir kuarsa, Batu gamping, lempung sedimen, Oker (limonit), gipsum dan fosfat.

Kabupaten Pamekasan berada pada ketinggian:

* Antara 0 sampai dengan 340 meter dari permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 0% sampai dengan 8%.
* Pada daerah-daerah bagian Selatan dan bagian Utara merupakan daerah yang relatif datar 37,74%.
* Sedangkan daerah yang bergelombang 40,03%.
* Berbukit 22,23 % dengan ketinggian antara 50 sampai dengan 340 m dan kemiringan rata-rata 30% sampai dengan 50%.

Dengan kondisi tersebut, maka tidak dapat disangkal bahwa Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu penghasil Tambang yang cukup besar.

Sumber : pamekasan.go.id

28/07/09

Sapi Potong Pamekasan

Komoditi pada sektor peternakan yang paling menonjol di Kabupaten Pamekasan adalah sapi potong yang mana jenis sapinya termasuk ras Madura. Pemasarannya dari sektor peternakan khususnya sapi potong hingga ke beberapa tempat di Jawa. Sampai saat ini sistem ternak sapi dilakukan secara individu yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pamekasan, dimana sapi yang ada tersebut selain dipasarkan sebagai sapi potong dan juga di lomba atau acara tertentu yang lebih dikenal kerapan sapi.

Sapi potong adalah sapi jantan berumur antara 2,5 – 3,5 tahun yang digemukkan dengan sistem kereman dengan masa kerem sekitar 4-6 bulan dikandangkan terus-menerus dan tidak dipekerjakan dengan pemberian pakan yang teratur serta jenis pakan (rumput) pilihan sesuai petunjuk serta kebutuhan gizinya terpenuhi.

Sapi Madura hasil penggemukan dengan sistem kereman ini akan mempunyai kualitas daging yang baik dan harga jual yang lebih tinggi daripada daging sapi biasa. Pemasarannya sampai ke luar Madura antara lain Surabaya, Probolinggo dan Jakarta.

Pengolahan Ikan Sapeken Sumenep

Sebagai dampak dari daerah kepulauan yang memiliki hasil perikanan baik yang tangkap maupun budidaya, maka sangat diperlukan adanya pengolahan hasil perikanan. Sebagian besar potensi pengolahan perikanan hasil dari kegiatan survey terdapat beberapa bentuk pengolahan yang sifatnya masih tradisional dan skala rumah tangga seperti pengeringan ikan, penggaraman dan pengasapan ikan. Disamping itu terdapat bentuk penolahan pendinginan ikan dengan menggunakan es. Hampir semua usaha pengolahan tersebut dilakukan oleh masyarakat lokal dengan peran dominan dipegang oleh pengusaha pabrik es. Pabrik es di Kecamatan Sapeken Sumenep hanya terdapat 1 unit di Sapeken dan 1 unit di Pagerungan Besar. Kec.SapekenSumenap Madura.

Tabel Kondisi Pabrik Es

Jenis

Ukuran

Luasan Bangunan, terdiri dari :

  • Ruang pembuatan es
  • Cold storage
  • Penampungan sementara

  • 30 m x 40 m
  • 9 m x 15 m
  • 4 m x 15 m
  • Kapasitas

    8 ton/hari

    Pelayanan : Armada Kapal

    100 unit

    Harga es balok

    Rp. 6.500,-/balok

    Untuk pengembangan pengolahan perikanan ini sangat diperlukan adanya peningkatan kapasitas produksi es. Dengan adanya pen ambahan kapasitas tersedia dari pabrik es di wilayah ini, akan memudahkan nelayan dalam memperoleh es, dan akhirnya akan memudahkan nelayan mengawetkan hasil tangkapannya. Hal ini akan bermuara pada peningkatan posisi tawar nelayan menghadapi pedagang ikan. Dengan kondisi ini, masuknya infestor yang akan menanamkan modal dalam pendirian pabrik es akan sangat mempercepat laju pertumbuhan pengolahan perikanan dan tata niaga hasil perikanan di wilayah ini.

    Sumber: http://dkp.sumenep.go.id/?m=20&tampil=info_kec&kec=23


    21/07/09

    Pengolahan Ikan Pasongsongan Sumenep

    Bisnis-Madura:Kecamatan Pasongsongan tepatnya di Desa Pasongsongan dengan lintang : 06o 53’ 12,3” LS dan 113o 39’ 19,8” BT, mempunyai hasil olahan pengeringan dan petis ikan. Hasil olahan ini bersekala home industri (rumah tangga) dikerjakan oleh masarakat nelayan di Desa Pasongsongan.
    Bahan bakunya diperoleh dari para masyarakat nelayan Desa Pasongsongan sendiri yang pergi melaut untuk mencari ikan. Hasil tangkapan dari nelayan berupa ikan cakalang dan tongkol langsung dibeli oleh para pengolahan ikan untuk dibuat pindang sedangkan sisa airnya dibuat petis ikan. Perhari rata-rata hasil olahan petis 5 toples plastik kecil. Menurut sumber dari pemilik olahan pindang para pengolah ikan pindang di Desa Pesongsongan tidak begitu banyak, pekerjanya setiap olahan pemindangan dikerjakan 1 – 3 orang. Pemasarannya tersebar di kab Sumenep, Pamekasan dan Sampang.

    sumber: http://dkp.sumenep.go.id/?m=20&tampil=info_kec&kec=01

    21/06/09

    Produksi Petis Madura

    MENEKUNI usaha pembuatan petis asli Madura sudah dilakoni keluarga besar Hj Diya sejak puluhan tahun silam. Kini, usaha yang sudah merambah hampir di semua kabupaten dan kota di Jawa Timur ini dipimpin Daiman. Pria bergelar sarjana ekonomi ini ditahbiskan sebagai generasi penerusnya.

    “Saya hanya penerus yang diberi kepercayaan oleh Ummi (Hj Diya, Red.), dan ini tanggung jawab saya untuk membesarkan usaha keluarga ini,” ujar Daiman.

    Berbekal ilmu yang didapat dari orangtuanya tersebut, Daiman berusaha membuat usaha pembuatan petis miliknya makin sukses dan memiliki pangsa pasar yang lebih luas lagi. Tapi bukan hanya itu tujuan utamanya. Soal rasa yang khas juga menjadi perhatian untuk kelangsungan usahanya tersebut.

    “Yang saya nomorsatukan adalah kepuasan konsumen dalam hal rasa. Sebab rasa itu mencerminkan kualitas usaha yang kita geluti saat ini,” terangnya.

    Setidaknya, ada sekitar 30 jenis pilihan rasa yang ditawarkan oleh Daiman selama ini. Semua jenis rasa itu tidak lain adalah hasil racikan antara rasa asin yang dihasilkan oleh ikan dan manis yang dihasilkan oleh gula serta aroma petis yang dihasilkan oleh rempah - rempah sebagai bumbu campuran. “Diantaranya adalah petis asin, petis asin manis, petis manis pedas, dan asin manis yang ada dicampuri bumbu - bumbu khas,” terang Daiman.

    Bahkan, baru - baru ini ia mulai meracik petis rasa baru yang cocok di lidah warga Jawa yang cenderung kurang menyukai rasa asin, layaknya petis khas Madura. “Kalau petis Madura sudah pasti tidak jauh - jauh dari rasa asin. Tapi kalau di lidah orang Jawa, rasa asin ini kurang cocok,” ujarnya.

    Pada koran ini kemarin (28/2) Daiman mengajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan petis di tempat usahanya tersebut. Sekitar 20 pekerja dilibatkan dalam proses pembuatan petis hingga proses pembungkusan petis dalam kemasan. “Sudah tiga tahun ini kita menggunakan teknologi modern pada proses pengentalannya. Sebab untuk menggunakan tenaga manusia, kita sangat kewalahan,” terang Daiman.

    Sejak menggunakan alat - alat yang modern tersebut, praktis proses pembuatan petis lebih higienis dan cepat. Bahkan proses awal dari hasil kukusan ikan hingga proses pengentalan menjadi petis kini hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua hari. “Selain lebih bersih, kalau pakai alat modern jelas lebih cepat. Bahkan dalam sehari bisa lebih dari 1 ton petis kita hasilkan,” ujarnya yang bisa menjual petis hingga dua kuintal dalam setiap harinya.

    Maka jangan heran jika untuk bahan - bahan mentah pembuatan petis - seperti air hasil kukusan ikan pindang, ia memiliki suplier khusus. “Kalau mencari setiap hari, kita pasti akan kelabakan untuk memenuhi kebutuhan. Jadi kita datangkan dari orang - orang tertentu,” ujar warga Desa Banyuanyar tersebut.

    Kini, produksi petis yang dikenal dengan petis Hj Diya tersebut sudah merambah hampir di berbagai daerah. Bahkan, para TKW (tenaga kerja wanita) maupun TKI (tenaga kerja Indonesia) yang bekerja di negara - negara besar di dunia selalu menyempatkan untuk membeli petis sebelum berangkat lagi ke negeri rantaunya masing - masing. “TKI dan TKW dari Malaysia dan Arab Saudi sudah banyak yang membeli petis kita sebelum kembali bekerja. Umumnya untuk bekal agar tetap mengingat daerah asal Madura,” terang Daiman. (sari purwati/ed)

    Sumber : Jawa Pos / Senin, 02 Maret 2009

    judul asli: Melihat Sentra Produksi Petis Madura di Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Kota Sampang

    07/06/09

    Jambu Air Camplong Buah Unggulan Sampang Madura

    Tanaman jambu air camplong hanya ditemukan di daerah Sampang Madura pada pekarangan atau kebun. Tanaman ini mampu memberi penghasilan yang cukup, meski diusahakan dengan teknologi
    budi daya yang sangat sederhana. Jika ditanam dengan teknologi budi daya yang lebih baik, dipastikan produksi buah jauh meningkat.

    Adapun keterangan selengkapnya adalah sebagai berikut:

    Asal : Desa Camplong (Sampang Madura)
    Umur tanaman : 10 tahun
    Tinggi tanaman : 10-12 m
    Bentuk buah : Buah sejati tunggal
    Warna kulit buah : Kerucut dengan 4 buah cangap di bagian ujung
    Warna daging buah : Putih mengkilap
    Rasa buah : Manis segar
    Aroma buah : Lemah
    Panjang buah : 4,3-6,2 cm
    Diameter buah : 4,9-6,1 cm
    Jumlah buah per tandan : 1-5 buah
    Tangkai buah : 1,3-2,6 cm
    Tekstur daging buah : Renyah
    Kandungan air : 89,07%
    Berat buah/buah : 65,5-100,7 g
    Persentase daging buah : 95%
    yang dapat dimakan
    Jumlah biji : Tidak berbiji
    Produksi per pohon/tahun : 300-800 kg
    Buah jambu air camplong dengan rasa manis segar dan renyah.

    05/06/09

    Kerajinan Genteng

    Industri kecil rumah tangga, maka di produksi genteng yang tidak kalau kuat dan bagus dari hasil genteng beton yang dibuat oleh pabrik yang ada di Surabaya, sehingga dapat merebut simpati masyarakat untuk memakai genteng dari Kabupaten Pamekasan dan untuk pemasarannya masih bersifat lokal di Madura.

    Gula Siwalan

    Industri kecil gula siwalan merupakan usaha home industri musiman, karena tergantung pada bahan bakunya. Rata-rata dalam satu tahun hanya 6 bulan bekerja. Keberadaan gula siwalan sangat terkait dengan industri-industri lainnya seperti bahan campuran lainnya (gula Jawa) karena kekhasan kadar kemanisannya khasiat lainnya. Produksi gula siwalan di Kabupaten Pamekasan masih bisa dikembangkan karena tanaman pohon siwalan cukup luas, hanya terhambat dengan teknik penyadapan legen dan pengolahannya yang memerlukan teknologi tepat guna.

    Keripik Tette

    Dengan mengutamakan citra rasa tersendiri renyah dan gurih dari ketela pohon yang dibuat keripik singkong yang digemari oleh masyarakat dimana ini merupakan hasil usaha industri kecil atau rumah tangga, dengan bahan baku singkong yang banyak ditanam masyarakat di musim kemarau. Untuk pemasarannya masih saja lokal khususnya di Madura atau merupakan sebagai oleh-oleh masyarakat yang berkunjung ke Pamekasan.

    Sapi Potong

    Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang kokoh di Kabupaten Pamekasan khususnya dititik beratkan sektor perindustrian dengan kaitannya pengolahan hasil-hasil produk dari komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan

    Produk Batik Pamekasan

    Batik tulis merupakan salah satu usaha kerajinan rakyat Madura yang telah membudidaya sejak lama, termasuk daerah Pamekasan yang telah memiliki kekhasan tersendiri pada batik-batik yang diproduksinya. Pada sentra-sentra batik ini di produksi batik dalam beberapa jenis dan motif, mulai dari sprei, kain panjang, sarung, baju, kaos dan lain-lain. Begitu juga bahan mori yang digunakan sangat bervariasi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan segala lapisan masyarakat mulai dari bahan prima, polisima, primissima sampai sutera.

    01/06/09

    Links Bisnis Madura

    Jika anda punya alamat atau link mengenai bisnis madura, silahkan informasikan ke kami di comment di bawah ini. Untuk link yang kami anggap sesuai, maka akan kami cantumkan di Bisnis Madura.

    Mari kita berbagi, Karena Madura punya potensi.

    Atas kesediaannya berbagi informasi, kami ucapkan terima kasih !!

    Pesona Laba Batik Madura

    Bicara Madura, orang pasti langsung teringat dengan karapan sapi dan satenya. Padahal ada kekayaan budaya asli Indonesia yang sudah terkenal ke beberapa penjuru dunia terdapat di pulau penghasil garam tersebut.

    Batik Madura. Ya, meski seolah tidak jauh berbeda dengan batik asli Indonesia dari daerah lain seperti Cirebon, Yogya ataupun Solo, namun ada yang berbeda dari batik Madura.

    Ciri khas dari Batik Madura adalah penggunaan warna dasar yang cerah dan beragam motif yang menggambarkan karakter masyarakat lokal.

    "Warna yang dipakai dalam kain Batik Madura biasanya warna cerah, seringkali merah yang dipakai karena memiliki karakter warna yang keras dan kuat. Sama seperti karakter penduduknya," jelas Siti Maimona, pemilik dari Pesona Batik Madura.

    Ia menyampaikan hal itu saat ditemui detikFinance dalam acara pameran Gerai Batik Nusantara di Plasa Pameran Industri, Departemen Perindustrian, Jakarta, Senin (8/92008).

    Ciri khas lain yang dimiliki oleh Batik Madura adalah banyaknya garis yang terpampang dalam satu desain batiknya. Tiap desain batiknya pun memiliki kisah atau cerita masing-masing yang semuanya menggambarkan keseharian rakyat Madura.

    Soal harga cukup bervariasi laiknya kain batik lain. Harga yang ditawarkan untuk satu helai kain Batik Madura sangat beragam. Mulai dari yang paling murah seharga Rp 100.000 hingga yang termahal seharga Rp 3,5 juta.

    "Harga sangat tergantung dari tingkat kesulitan desain dan lamanya proses pembuatan
    batik itu sendiri," katanya.

    Ia mengatakan, jangka waktu yang diperlukan untuk membuat satu buah Batik Madura berbeda-beda. Mulai dari enam bulan hingga satu tahun. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk membuat batik tersebut maka harganya semakin mahal. Mengapa demikian, karena semakin lama proses produksinya maka warna yang dihasilkan akan semakin pekat.

    Menurut wanita asli Madura ini, setiap Batik Madura dihasilkan setelah melewati beberapa tahap yang cukup panjang. Mulai dari perendaman kain di dalam air bercampur minyak, kemudian dicuci dan diberi kanji, lalu pewarnaan dan terakhir dijemur di bawah panas matahari.

    Siti merupakan generasi keempat dari pengrajin batik asal Madura. Keluarganya mulai merintis bisnis ini sejak tahun 1950.

    "Sempat vakum juga ketika memasuki generasi ketiga. Saya sendiri mulai berkonsentrasi di bisnis ini sejak tahun 1996 lalu," ujar wanita yang murah senyum ini.

    Usaha keluarganya ia bangun kembali dengan modal minim serta jumlah pengrajin batik yang tidak bisa dibilang banyak.

    "Saya memulai kembali usaha keluarga ini dengan bermodalkan uang Rp 5 juta dan hanya 6 pengrajin batik," imbuhnya.

    Agar tidak terlihat monoton dan bisa berkembang lebih jauh lagi, Ia mencoba melakukan beberapa inovasi dalam kain batiknya. Salah satu yang Ia dan karyawannya lakukan adalah dengan cara melakukan reproduksi desain kain batik lama digabung dengan sentuhan dari desain masa kini.

    "Saya mulai belajar untuk melakukan kombinasi dalam desainnya," tuturnya.

    Hasilnya sungguh diluar dugaan. Penjualan Batik Madura miliknya tidak hanya dikonsumsi oleh penggemar batik dalam negeri tetapi juga hingga ke luar negeri. Bahkan ia mengaku, konsumen luar negeri lebih banyak dibandingkan konsumen domestik.

    Ia pun sudah beberapa kali mengikuti pameran berskala internasional, seperti di Italia, Cina dan Jepang. "Animo masyarakat Jepang akan batik dari Indonesia cukup tinggi," kata Siti.

    Kini, usaha Batik Madura milik Siti sudah sangat berkembang. Jumlah pengrajin batik yang berada di bawah benderanya pun membengkak hingga 96 orang. Dalam setahun, Ia mengaku bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 2 miliar.

    Menurutnya, jumlah pendapatannya masih bisa melonjak jika melirik trend batik sedang melanda tanah air dewasa ini. "Sudah satu tahun terakhir ini ada peningkatan pendapatan. Tahun ini sepertinya bisa jauh lebih bagus lagi," pungkasnya.